Relawan Desak Pos Kesehatan di Jalur Kem Bener Meriah Aceh

Relawan Desak Pos Kesehatan di Jalur Kem Bener Meriah Aceh

BERITA KERABAT – Relawan kemanusiaan bersama masyarakat terdampak bencana di kawasan tengah Aceh kembali menguatkan seruan agar pemerintah daerah segera mendirikan pos kesehatan darurat di jalur Kem yang menghubungkan Bener Meriah dengan Lhokseumawe. Permintaan ini muncul menyusul kondisi kritis yang terus terjadi di jalur tersebut pasca banjir dan tanah longsor yang melumpuhkan akses jalan utama lintas KKA (Kuala Simpang Kualasimpang Aceh) akhir November lalu.

Menurut Ketua Posko Rakyat, Mahlizar, jalur ini kini menjadi satu-satunya akses darat yang masih bisa dilalui oleh warga dari Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang mencoba mencapai Lhokseumawe untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti sembako, bahan bakar, dan obat-obatan. Setiap hari, ribuan orang berlalu lalang melalui titik ekstrem tersebut baik yang berjalan kaki hingga beberapa jam maupun dengan kendaraan roda dua khusus.

Namun, kondisi medan yang berat bukan hanya menyebabkan luka ringan, kelelahan, dan cedera, melainkan juga memicu gangguan kesehatan lebih serius yang belum mendapat penanganan medis yang memadai di lokasi. Karena itu, masyarakat dan relawan menilai pendirian pos kesehatan darurat adalah kebutuhan mendesak di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan di kawasan itu.

Dampak Bencana dan Isolasi Wilayah

Banjir bandang dan longsor yang terjadi beberapa minggu lalu telah menyebabkan berbagai infrastruktur rusak parah, termasuk jalan utama di sekitar Kampung Buntul hingga Kampung Kem di Kecamatan Permata, Bener Meriah. Jalan terputus total, sehingga warga harus berjalan kaki selama 45 jam melewati medan ekstrem hanya untuk mendapatkan kebutuhan pokok.

Seorang warga Takengon, Heri, menceritakan pengalamannya bersama dua kerabat yang nekat menerobos jalur ekstrem tersebut demi membeli beras dan bahan pokok lainnya.

“Beli beras saja, kalau menunggu bantuan pemerintah dulu, lebih dulu mati kita,” ujarnya.

Kalimat itu mencerminkan situasi kritis yang dihadapi oleh sebagian besar warga di kawasan tengah Aceh.

Berdasarkan laporan lokal, akses terputus juga menyebabkan warga di beberapa titik harus berjalan kaki selama 3 hingga 4 jam untuk mendapatkan bantuan beras atau BBM, sementara pasokan logistik resmi masih terhambat karena kondisi jalan yang rusak parah.

Selain itu, data resmi Pemerintah Provinsi Aceh menyebutkan bahwa masih ada puluhan ribu jiwa di wilayah Bener Meriah yang terpukul isolasi karena infrastruktur putus paska bencana, sementara kebutuhan dasar mulai menipis.

Peran Relawan dan Bantuan yang Masuk

Sejumlah organisasi kemanusiaan terus bergerak membantu warga terdampak. Relawan dari berbagai daerah berusaha menembus jalur terputus dan medan berat untuk menyalurkan bantuan logistik. Misalnya, relawan dari DPW PKS Aceh berhasil memanggul 1,2 ton bantuan menembus hutan dan lumpur hingga wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah demi membantu warga yang terisolasi.

Tidak hanya itu, organisasi seperti Bea Cukai Aceh juga mengirimkan tim relawan dan bantuan kemanusiaan ke Lhokseumawe dan Langsa sebagai bagian dari respon penyelamatan dan dukungan terhadap warga terdampak banjir.

Selain dukungan organisasi lokal, bantuan medis juga mengalir dari organisasi lain yang telah lebih dulu berada di lokasi. Misalnya, tim kesehatan dari kampus luar daerah sempat diterjunkan ke wilayah Bireuen untuk membantu aspek kesehatan masyarakat yang terdampak bencana.

Upaya Pemerintah dan Koordinasi Penanganan Darurat

Pemerintah pusat dan daerah mengatakan telah mempercepat upaya pemulihan infrastruktur dan layanan dasar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melanjutkan operasi pencarian korban di sejumlah provinsi termasuk Aceh, dan aktif dalam koordinasi pemulihan akses jalan rusak.

Namun, berbagai pihak menilai masih perlu mempercepat respons pada aspek layanan kesehatan di titik-titik yang menjadi jalur aktif perpindahan warga pascabanjir. Permintaan pendirian pos kesehatan darurat di jalur Kem Bener Meriah menjadi wujud nyata kebutuhan tersebut, termasuk layanan pertolongan pertama, perawatan luka, pengelolaan dehidrasi dan penyakit menular, serta pemantauan kesehatan anak-anak, ibu hamil dan lansia.

Pentingnya Pos Kesehatan Bagi Pemulihan

Dengan kondisi jalan yang belum sepenuhnya pulih, relawan dan warga berharap pos kesehatan darurat bisa menjadi titik layanan medis awal yang bisa diakses sebelum warga harus menempuh perjalanan jauh ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Kami berharap pos kesehatan darurat bisa segera berdiri di jalur ini, setidaknya untuk menangani kasus-kasus darurat dan memberikan pemeriksaan kesehatan dasar bagi warga yang kelelahan atau terluka,” ujar salah satu relawan yang enggan disebut namanya.

Permintaan ini juga menjadi aspirasi utama dari para penyintas yang setiap hari harus melewati jalur yang berat demi kebutuhan hidup.