BERITA KERABAT – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki secara resmi mengajak Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) untuk mengambil peran sentral dalam revitalisasi dan penguatan Koperasi Desa (Kopdes). Menkop Teten memandang Kopdes, yang berbasis pada potensi lokal dan dikelola dengan model bisnis modern, sebagai ekosistem baru yang paling efektif untuk mewujudkan pemerataan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, sesuai dengan semangat ekonomi kerakyatan.
Ajakan ini disampaikan dalam sebuah pertemuan strategis di Jakarta, yang dihadiri oleh pimpinan ICMI dan para pakar ekonomi. Langkah ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa desa memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, namun seringkali belum tergarap optimal karena kurangnya akses ke pembiayaan, teknologi, dan pasar. Kopdes hadir sebagai solusi institusional untuk mengatasi tantangan tersebut.
Mengubah Paradigma Koperasi Desa
Menkop Teten menjelaskan bahwa model Kopdes yang ingin dikembangkan bukanlah sekadar koperasi simpan pinjam, melainkan koperasi yang fokus pada sektor riil dan terintegrasi secara vertikal, mulai dari hulu (produksi) hingga hilir (pemasaran dan pengolahan). Ia menekankan pentingnya adopsi ekosistem digital dalam operasional Kopdes agar mampu bersaing di era modern.
“Kita tidak bisa lagi hanya bicara koperasi tradisional. Kopdes harus bertransformasi menjadi korporasi petani dan nelayan di tingkat desa. Mereka harus menjadi pemain utama dalam value chain komoditas unggulan desa,” ujar Teten Masduki. “Peran ICMI sangat krusial di sini, terutama dalam penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, yaitu para cendekiawan yang melek teknologi dan memiliki pemahaman manajemen bisnis modern untuk mendampingi dan mengelola Kopdes.”
Peran Strategis Cendekiawan Muslim
ICMI, sebagai organisasi yang menghimpun para cendekiawan dan intelektual Muslim, dipandang memiliki jaringan luas hingga ke pelosok daerah dan memiliki modal sosial serta intelektual yang besar. Ketua Umum ICMI, [Nama Ketua Umum ICMI, jika diketahui, atau sebutkan “perwakilan ICMI”, menyambut baik inisiatif ini dan menyatakan kesiapan organisasinya untuk berkontribusi aktif.
“Kami melihat ini sebagai panggilan untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan demi kemaslahatan umat dan bangsa. Ekonomi kerakyatan yang kuat harus dimulai dari unit terkecil, yaitu desa,” kata perwakilan ICMI.
Keterlibatan ICMI rencananya akan difokuskan pada tiga pilar utama:
- Pendampingan Manajemen dan Kelembagaan: Menerjunkan pakar-pakar ekonomi dan manajemen ICMI untuk menyusun model bisnis Kopdes yang feasible dan berkelanjutan.
- Literasi Digital dan Teknologi: Membantu Kopdes mengadopsi teknologi pertanian/pengolahan terbaru dan membangun platform digital untuk pemasaran produk (e-commerce).
- Pengembangan Kapasitas SDM: Melakukan pelatihan intensif bagi pengurus dan anggota Kopdes agar memiliki kompetensi profesional layaknya manajer korporasi.
Menciptakan Skala Ekonomi dan Nilai Tambah
Salah satu kelemahan koperasi di desa selama ini adalah ketidakmampuan menciptakan skala ekonomi yang memadai dan rendahnya nilai tambah produk. Melalui penguatan Kopdes berbasis ekosistem, para petani atau nelayan di desa akan mengonsolidasikan hasil produksi mereka, sehingga mampu memenuhi permintaan pasar besar (off-taker) seperti industri pengolahan atau retail modern.
Contoh yang ditargetkan adalah Kopdes yang beroperasi di sentra padi tidak hanya menjual gabah, tetapi mampu mendirikan unit pengolahan beras modern. Demikian pula Kopdes di pesisir, tidak hanya menjual ikan mentah, tetapi mengolahnya menjadi produk turunan bernilai ekonomi tinggi seperti olahan makanan beku atau kerupuk ikan. Dengan demikian, margin keuntungan akan tetap berada di desa, mendorong perputaran ekonomi lokal, dan mengurangi urbanisasi.
Pemerintah melalui KemenKopUKM berkomitmen menyediakan akses pembiayaan yang lebih mudah, termasuk melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan melalui Kopdes. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi pilot project nasional yang dapat direplikasi di ribuan desa lainnya.
Teten Masduki menutup paparannya dengan optimisme, “Sinergi antara kekuatan intelektual ICMI dan kekuatan kelembagaan Kopdes adalah kunci. Jika ini berjalan sukses, kita akan menyaksikan lahirnya kekuatan baru ekonomi kerakyatan yang tangguh, inklusif, dan mampu mengangkat harkat hidup masyarakat desa secara signifikan.”
Langkah konkret pertama dari kolaborasi ini dijadwalkan akan berupa focus group discussion (FGD) bersama untuk memilih dan memetakan beberapa desa percontohan (pilot project) yang akan segera dibentuk Kopdes berbasis ekosistem pada kuartal pertama tahun depan.