BERITA KERABAT – Harapan warga Kabupaten Aceh Utara untuk kembali menjalani kehidupan normal pascabencana banjir besar kembali pupus. Pasalnya, pasokan listrik yang sempat menyala selama beberapa jam di sejumlah kecamatan, kembali padam total pada Senin malam (8/12/2025). Situasi ini memperparah penderitaan ribuan kepala keluarga yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan bahwa janji pemulihan 100% yang disuarakan oleh otoritas pusat masih jauh panggang dari api.
Pemadaman listrik yang berulang ini bukan hanya sekadar ketidaknyamanan, tetapi telah menjadi krisis kemanusiaan dan ekonomi yang mendalam. Di beberapa wilayah yang terdampak parah, seperti Kecamatan Langkahan, Pirak Timu, dan Sawang, aliran listrik dilaporkan masih 0% pulih, memaksa warga untuk kembali ke penerangan tradisional seperti lilin dan lampu darurat yang terbatas.
Kronologi Harapan Palsu dan Pemadaman Berulang
Laporan dari warga menyebutkan bahwa di sejumlah desa yang sebelumnya gelap gulita selama hampir dua minggu, listrik sempat menyala singkat, memberikan secercah harapan.
“Baru tadi listrik nyala terus, itu pun sekitar jam 19.00 hingga 20.30 WIB, setelah itu mati lagi,” tutur Shanti Amalia (40), seorang warga Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua, yang kini harus berulang kali mencari warung kopi yang menyediakan generator hanya untuk mengisi daya ponsel dan menyelesaikan pekerjaannya. “Hanya warung kopi yang menyediakan mesin generator. Di rumah padam semua.”
Kondisi ini bertolak belakang dengan klaim yang disampaikan oleh beberapa pejabat tinggi di Jakarta yang menjanjikan pemulihan pasokan listrik secara menyeluruh di Aceh. Pernyataan yang dinilai tidak sesuai dengan fakta lapangan ini memicu kekecewaan dan kemarahan publik.
Seorang aktivis lokal, Muammar, dengan tegas menyatakan, “Jadi, kalau menteri dan pejabat pusat bilang listrik menyala di Aceh, itu hoaks terkejam. Kami masih merasakan pemadaman listrik.”
Tantangan Berat Pemulihan Infrastruktur PLN
PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Aceh mengakui adanya kendala besar di lapangan, terutama di Aceh Utara yang menjadi salah satu episentrum banjir bandang. Data terbaru PLN menunjukkan, meskipun lima kecamatan termasuk Kuta Makmur, Lhoksukon, Meurah Mulia, Samudera, dan Syamtalira Aron telah pulih total, masih ada tiga kecamatan yang benar-benar gelap.
Penyebab utama dari pemadaman berulang ini adalah:
- Kerusakan Infrastruktur Masif: Banjir dan tanah longsor mengakibatkan robohnya sembilan tower transmisi tegangan tinggi di sejumlah titik vital. Selain itu, ratusan tiang dan trafo distribusi di tingkat lokal dilaporkan tumbang dan rusak parah akibat terendam lumpur dan hantaman material banjir.
- Akses Logistik yang Sulit: Lokasi tower transmisi banyak berada di tengah hutan dengan akses yang sangat sulit. Material berat harus diangkut menggunakan helikopter dan bahkan secara manual dengan berjalan kaki oleh tim teknis PLN. “Dari titik tower 157 ke 158, ke 159 itu dibawanya jalan kaki. Memang kesulitan infrastruktur di sana,” jelas Juru Bicara Kementerian ESDM.
- Kapasitas Pembangkit dan Sistem: Gangguan pada sistem interkoneksi transmisi 150 kV Bireuen-Arun, serta pasokan listrik yang hanya disuplai dari PLTU Nagan 1-2 dan Nagan 3-4 karena PLTA yang masih off, juga disebut sebagai faktor kurangnya pasokan daya (defisit sekitar 40MW) yang memicu pemadaman bergilir yang tidak menentu.
Dampak Multi-Sektor dan Permintaan Tindakan Cepat
Pemadaman listrik yang berkepanjangan ini memiliki dampak domino yang melumpuhkan berbagai sektor.
- Ekonomi: Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) mengalami kerugian besar karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menyalakan genset. Bisnis yang bergantung pada listrik, seperti kios agen perbankan dan layanan digital, terhenti total.
- Kesehatan dan Keamanan: Kondisi gelap gulita mengganggu layanan kesehatan di posko pengungsian dan meningkatkan risiko keamanan di malam hari. Warga yang mengungsi di tenda-tenda pinggir jalan sangat rentan tanpa penerangan.
- Aktivitas Publik: Jaringan telekomunikasi juga terganggu, menyebabkan isolasi komunikasi di banyak desa. Warga tidak dapat menghubungi kerabat atau mendapatkan informasi terkini mengenai bantuan.
Bupati Aceh Utara, Ismail A. Jalil, SE, MM, telah mendesak PLN Area Lhokseumawe untuk segera mempercepat penormalan, terutama di kecamatan yang masih 0%. PLN sendiri menargetkan pemulihan total untuk 27 kecamatan di Aceh Utara baru akan rampung pada 31 Desember 2025. Target yang cukup lama ini membuat warga semakin resah, mengingat kebutuhan mendesak akan listrik untuk menjaga stok makanan, mengaktifkan pompa air bersih, dan menerangi rumah.
Pemerintah Provinsi Aceh telah mengarahkan seluruh sumber daya untuk percepatan pemulihan, namun lambannya penanganan infrastruktur PLN di daerah terpencil menjadi batu sandungan terbesar. Warga hanya bisa berharap agar pengerahan personel dan logistik yang dijanjikan dapat benar-benar fokus pada pemulihan jaringan di tingkat desa dan bukan hanya terpusat pada jalur utama.